Sibuk dan Menyibukkan Diri

sumber pixabay.com

 Akhir-akhir ini saya lumayan agak sibuk, sibuk apa saya bingung memberitahunya gimana. Sebab sibuk versi saya barangkali berbeda versi kamu. Intinya gitu saja sehingga berpengaruh pada aktivitas dan rutinitas saya.

Setelah isya biasanya saya lagi produktif gitu menulis, baca dan chat-an; dari sana waktu saya terasa berguna begitu. Buku-buku hampir tiap pekan berganti saja untuk saya lahap, entah itu soal politik, agama, sejarah dan lainnya. Baru jam 12 an baru saya tepar melepas lelah dari pengembaraan keilmuan.

Sekarang ya itu, jadwal saya tidak stabil. Pagi dikejar deadline  dan siang pulang kelelahan. Sore mulai terjaga dari rasa lelah dan malam, lagi-lagi bertarung antara kantuk dan terjaga mengejar target yang saya buat. Begitu dan terus begitu.

Apa saya capek? Pasti. Apa lelah? Iya, tentu. Apa saya kecewa? Kadang-kadang. Apa saya menyesali? Tidak, biasa saja. Cuma kadang merasa jengkel sih, jengkel kalau hati lagi gak mood baik. Selebihnya sih dibawa enjoy saja.

Tiap orang punya tahap dalam kehidupan. Roda itu seperti hidup, akan ada saatnya berputar. Bukan perputaran itu dipersoalkan tapi efek dari persoalan itu wajib dibahas. Di titik ini saya merasa seperti apa dan gimana gitu, ingin apa dan fokusnya ke mana, resah dengan mimpi sendiri.

Terkadang saya merasa di posisi Azam di novel Ketika Cinta Bertasbih, kita ingin berjuang demi stabil ekonomi tapi minat tinggi pada dunia pemkiran. Simalakama terjadi. Kita terpenjara di satu lorong tapi di lorong lain memanggil pula. Cuma merasa sih gak sampai berkeinginan begitu. (****)

Posting Komentar

0 Komentar