Luas Kuburan Tak Sesempit Pikiran Kita

ilustrasi diambil di pixabay.com

Pernahkah kamu berpikir, kita ini tengah diteror kematian. Barang yang gaib ternyata nyata adanya. Tiap hari jatah usia kita berkurang. Paling sedikit, kan ingat. Ingat ada di masa nanti kita pun ada di sana. Siap atau tidakknya.

Kita sering mengira kuburan yang nanti bakal kita tinggal di dalamnya itu, sempit. Sunyi. Membosankan. Sebagai bukti nyata terlihat berapa sih ukuran kuburan, paling beberapa meter saja. Beberapa meter tinggal di sana, selamanya. Sendiri tanpa ditemani apa saja.

Jangankan di tempat begitu, di rumah saja yang begitu luas dengan segala asesoris lainnya seringkali membosankan. Padahal di rumah ada teve, hape, makanan, minuman dan tempat istirahat nyaman. Harusnya kita nyaman dong, anehnya kita masih butuh refresing untuk menyegarkan pikiran dari sisa-sisa kesal aktivitas harian.

Efeknya, banyak yang ingin tetap hidup dan tak ingin mati. Mati seperti hal yang memuakkan. Kita takut mati dan bingung dengan aneka ujian hidup. Larinya ke mana? Huru-hara. Selagi ada kesempatan maka nikmati apa yang ingin kita alami.

Namun ada yang menarik soal kuburan sempit ini , sebagaimana yang tertuang di kitab Tadzkirah-nya Imam Qurtubi bahwa katanya soal kuburan sempit atau tidak itu gimana amalnya. Amalmya menentukan. Kuburan yang oleh kitai disebut sempit itu bisa melebar pun menyemput. Tergantung sebaik dan sebanyak apa perbuatan baik kita di alam dunia.

Dari sumber hadits sahih, bisa melebar 40 hasta, 70 hasta atau menyempit menjadi beberapa senti saja. Hal ini sebagaimana dikisahkan ada seorang penggali kubur, ia menggali tiga kuburan setelah itu ketiduran.

Di tidurnya itu, ia bermimpi melihat dua malaikat tengah berbicara di lubang kubur yang ia gali. Dalam bahasa kita, malaikat pertama berkata, "Kuburan pertama luasnya seluas lapangan. Kuburan kedua seluas kamar. Sedangkan kuburan ketiga hanya luasnya sejengkal saja."

Penggali kubur itu terbangun. Ternyata, di lubang kuburan pertama datang jenazah laki-laki biasa yang tak dikenal, pengantarnya pun sepi. Ternyata, kuburannya yang luas. Datang jenazah kedua yang dengan pengantar yang cukup banyak. Sedangkan jenazah ketiga banyak pengantarnya, karena ia wanita terhormat dan mantan pejabat di masanya. Siapa nyana, kuburannya paling sempat hanya beberapa jengkal. Demikian Imam Qurtubi menceritakan.

Dari sini kita bisa menyimpulkan, pertama, luasnya kubur itu bisa sempit pun luas. Bisa cerah pun gelap. Bisa sunyi pun ramai. Kalau ingin cerah, maka rajinlah salat tahajud. Kalau ingin ramai rajinlah melakukan amal solih.

Kedua, ukuran dunia tak jadi ukuran seseorang selamat di dunia. Sebagai contoh kasus kita sering mengukur siapa saat wafat banyak yang takjiah, banyak yang menyalatkan dan mengantar sampai detik-detik terakir masuk ke perut bumi itu yang selama. Sejatinya itu hanya anggapan kita. Kebenaran baik atau tidak nasib jenazah, hanya Allah yang tahu.

Ketiga, jangan berputus asa dengan rahmat Allah. Allah maha luas kasih dan sayang-Nya. Lakukan ketaatan semampu kita. Luruska niat. Konsisten. Hasilnya nanti serahkan bagaimana kekuasaan Allah menentukan.

Semoga tiga hal ini membuat kita makin semangat berbuat baik, berbagi kebaikan dan konsisten melakukannya. Semata-mata mengharap ridha-Nya bukan berharap pujian orang. Wallahu'alam. (***)

Pandeglang, 27 Mei 2024 |  01.06 WIB

Posting Komentar

0 Komentar