Aku Melihatmu


Aku melihatmu, seperti mentari di hatiku. Kamu jauh dariku, namun sinarnya begitu nampak menyinari keruhnya jiwaku, inginku, harapku dan gejolak rasaku.

Di saat aku tertunduk menangisi kepahitan, menatap kecemasan, menelan kekecewaan; kamu ada membawa sebaris kata meneduhkan jiwaku.

Di saat semua gelap dan langkah kita tersendat butir uji, kamu sesumbar, 'kita pasti bisa hadapi badai ini, setidaknya kita sekarang yakin, apa saja di depan yang kita hadapi bersama membuat kita percaya. Jangan takut, di sampingmu aku ada.'

Kadang aku berpikir, dengan semua yang kamu beri, kasih, dan persembahkan, dapatkah aku berikan kembali sebutir mutiara indah lagi. Tidak untuk membayar semua ketulusan semua rasamu, aku hanya malu mendapatkan begitu besar kucuran kasihmu.

Denganmu aku percaya, cinta sejati itu ada. Orang bilang, orang sekarang mencintai karena uang, harta dan gelap oleh jabatan. Aku curiga, orang begitu yaitu mereka yang banya tersakiti. Mereka seumpama orang yang tidak bisa melihat, mengukur apa yang mereka raba bukan yang mereka lihat dan saksikan dengan sesungguhnya.

Aku kerapkali geli ketika kamu ngambek, entah kenapa ingin sekali melihat seperti apa wajahmu. Betapa lucunya wajah innocent-mu terbungkus gurat kesal. Namun semua sebatas imajinasi, karena aku tahu, jalan kita masih panjang untuk terus berjuang.

Entah sampai kapan. Barangkali yang bisa aku lakukan, berdoa yang aku maksimalkan dan ikhtiar yang tetap dihidupkan. Aku tak ingin tenggelam di antara prediksi pahit, karena walau pun nyata semua bisa berubah sebagaimana yang Maha Kuasa takdirkan. Cepat sembuh manisku! []

Posting Komentar

0 Komentar