Kejedot

sumber dokpri.

Apa kamu termasuk orang yang suka menyalahkan keadaan? Misalnya ketika kejedot pintu, yang pertama kali kamu lakukan adalah mencaci pintu. Seolah pintu itu biang kerok kejedot kepalamu.

Dasar pintu sialan, kalau jalan liat-liat kek. Kamu gak punya mata apa. Aku berdiri dari tadi di sini, harusnya kamu tahu!

Namun pintu tak bergeming, dia tetap membisu, mungkin saja mengejek, dasar orang aneh. Yang bergerak siapa, yang kejedot siapa, eh yang marah-marah siapa. Sayangnya, tak sampai kedengaran kita, coba saja kalau kedengaran, mungkin lain lagi cerita.

Ada mungkin dua hari ke belakang kepala saya kejedot kulkas. Ceritanya saya lagi jongkok, mau berdiri terus tengok diri dan... buk!
Haduh, perih juga. Benjol dikit. Naik darah saya, pengen saya telan itu kulkas.

Cuma saya mikir, apa bisa. Iya saja kalau saya ular pyton yang perutnya elastis begitu, saya kan manusia, aduh bisa-bisa mulutnya kayak apa nelan kulkas. Jadi cuma saya pandang itu kulkas, gak saya marahi pula. Saya mah baik lah, cuma di dalam hati menggerutu, awas saja nanti!

Setelah saya pikir sekarang, apa sih untungnya gedek ke benda. Namanya benda, mana bisa bicara. Kalau pun bisa beda bahasa dan kecil sekali orang yang bisa kecuali orang tertentu.

Kita itu, kadang mengukur sesuatu lewat pikiran kita. Apa yang kita rasa seolah selalu benar dan ketika dikatakan salah kita yang galau sendiri. Respon kita pun kadang dingin, lah, itu memang aku. Itu tabiatku. Kenapa kamu persoalkan. Udah dari orok-nya.

Termasuk soal kejedot itu, yang kejedot kan kita. Terus, kenapa meletakan kesalahan pada orang lain bukan berkaca pada diri sendiri: SAYA JUGA BISA SALAH!

Pandeglang, 24 desember 2024   18.09

Posting Komentar

0 Komentar