Banyak Pengajian, Jamaah Salat Tetap Sedikit

fenomena kini, ketika masjid sepi. (sumber: channel Buya Yahya)

Begitu kata ustaz kami tadi sore.

Aku yang jadi jamaah di belakang hanya tersenyum. Banyak pengajian tapi jamaah salat sepi, mungkin ini tanda akhir jaman, begitu pungkasnya.

Dalam hati aku bergumam, baru tahu jamaah kita memang sepi, ya. Tentu aku tidak tersenyum, karena ini memang kenyataan di tengah ummat kita. Kita geger ketika ada kaum wahabi yang menebar ke masjid-masjid sekitar kita.

Kita geruduk majlis mereka karena doyan mengkafirkan amalan kita. Katanya sesat, katanya bid'ah dan sebagainya. Kita marah dan itu wajar. Namun kita lupa satu hal, intropeksi diri.

Mereka yang kita sebut wahabi "rajin memakmurkan" masjid. Tiap hari ada saja kajian di masjid. Jamaah salat-nya sering terlihat banyak, anak-anak sering dikuatkan. Bukan untuk cengengesan dan bercanda seperti terlihat di kampung kita, murni ingin ibadah.

Sekecil itu sudah akrab dengan ketataan agar menjadi kebiasaan.  Pengajian mereka, tak hanya menyentuh aspek ritual tapi diaplikasikan dalam amalan harian. Misalnya, jamaah salat tak boleh kosong.

Berbeda dengan kita, ramai pengajian di mana-mana. Hampir tiap hari, pindah dari satu majlis ke majlis lain tapi aspek keseharian kita tak pula menggeser. Mereka yang suka gosip, tetap suka meng-gosip sekalipun rajin pengajian.

Mereka yang dengki tetap saja tambah hasud. Tiap azan berkumandang hanya kecil orang yang terpanggil memakmurkan masjid. Itu pun dengan kebersihan masjid yang kurang terjaga. Belum ada kesadaran sampai ke sini, kecuali terdesak.

Sewaktu di Pasar dulu, aku punya tetangga yang pernah kerja di Arab Saudi. Setelah pulang dan menetap di Pandeglang, iya berpaham Wahabi. Ia tak mau lagi tahlilan. Tak mau lagi hadir ke pengajian kecuali oleh tokoh yang ia yakini benar sebagaimana manhaj-nya.

Tentu saja aku kadang berdebat, kadang meminjam bukunya, dan kadang mengobrol apa adanya. Perbedaan sudut padang dalam memahami teks agama tidak membuat aku membencinya, sebab semua berangkat dari dalil yang sama dan iman yang sama pula. 

Seperti yang aku katakan di atas, aku salut dengan kebersahajaan-nya dalam harian, aktif jamaah dan berusaha menampilkan sunah dengan sebaik-baiknya. Di sinilah perlu kita adil menilai apapun, termasuk perbedaan firqoh.

Kalau mereka salah, tak apa disalahkan. Namun, tak ada salahnya kita belajar semangat kebersamaan mereka untuk memakmurkan masjid. Jangan bangga punya masjid yang besar, indah, dan megah tapi tiap azan berkumandang jamaah-nya hanya hitungan jari saja.Cukup Allah yang Maha Tahu.  (**)

Pandeglang, 21 Februrari 2025  17.43 

Posting Komentar

0 Komentar