Memotret Kamu Lewat Kata

Dan, hap! (Pixabay.com)

 

 Kadang aku heran juga, seperti kamu yang heran. Kenapa terus dan mau menuliskan kamu, sedangkan kamu jelas sudah ada di hatiku, menulis bukankah bagian dari ketiakpercayaan atau mungkin pengharapan yang tidak didapatkan bagi mereka yang menunggu kesempatan. Entahlah, asyik saja menuliskanmu.

Mungkin karena jarak terlalu jauh, atau mungkin aku saja terlalu asyik suka dengan segala keindahan yang kamu miliki sehingga aku lupa, bahwa apa yang lihat indah tak melulu indah di mata orang lain.

Orang lain tetap saja orang lain dengan semua pikiran dan rasanya, maka untuk apa menyamakan persepsi dengan orang. Orang kan bukan kita, aku dan kamu. Dua manusia yang duji rasa sampai lupa kita berada dimensi, waktu dan tempat

Tiap orang memiliki ujian masing-masing. Tak usah kita paksakan orang memahami pola pikir kita, karena apa yang kita pikir enak belum tentu enak di mata orang. Enak orang berbeda, begitu pula pikirannya.

Baca Juga : 

Ada yang diuji dengan komitmen maka perselingkuhan jadi pilihan, karena baginya itu yang terbaik. Maka, fenomena pelakor pun meralela. Ada pula yang berpikir tentang situasi ekonomi keluarga yang makin kritis, hari dan jam dipikirkan bagaimana untuk makan besok, bagaimana jajan anak-anak, bagaimana bayar kreditan dan selainnya.

Ada pula yang memikirkan bagaimana untuk baju lebaran. Mau beli berapa, mereka apa, dan harganya yang mana terus beli di mana. Asyik kali kalau kapelan dan sebagainyanya. Ada pula yang terus galau dengan situasi politik sekarang, betapa jam dan menit mengikuti berita terkin, apa ada gagasan baru dari kepala negara agar turut mengangkat nasibnya sebagai warga negara, seterusnya begitu.

 Percayalah, yang punya masalah bukan hanya kita, di belahan dunia lain begitu banyak masalah dan tiap hari bukannya layar kaca menampilkan orang punya masalah, ya. Terus, bagamana mungkin kita memilih kalah dan menyerah? (***)

Pandeglang, 17 Februari 2025  10.47

Posting Komentar

0 Komentar