![]() |
Sumber: Tribarata News. |
Satu
Setelah lebaran fitri berlalu satu
hari, minat menulis belum juga normal. Dari akhir Ramadan yang ada, bawaanya
kok malas. Pertanyaan seputar mau menulis apa dengan kenapa harus tetap menulis
meruncing pada persoalan: siapa yang membutuhkan tulisan itu?!
Yang aku ingat, itu kamu.
Seberapa lama lagi kutahan semua rasa
yang berkecamuk ini. Seberapa deras lagi tangis dan rindu yang tak jua
menemukan pelabuhannya. Semua hanya pada harapan tanya, dan semoga. Lagi, lagi
dan lagi.
Dua
Momen tak tertulis, belum ditulis atau
tidak mau ditulis itu adakalanya karena kesempatan saja belum dua kali hadir.
Ketika kesempatan itu hadir maka jangan sia-siakan kesempatan tersebut.
Kalau kesempatan belum datang juga mempersatukan
kamu dan dia, maka mungkin itu yang terbaik saat ini. Dua hal yang bisa kamu
lakukan: menerimanya dengan dada lapang atau memakinya dengan tidak lapang.
Tiga
Tiap kita punya masa, waktu dan cerita
yang tak harus sama dengan yang lain. Karena orang lain manusia, maka kita juga
manusia. Karena kita sama-sama manusia itulah perlu berpikir orientasi
bagaimana saling menyenangkan perasaan orang.
Tidak sedikit orang juga manusia yang
punya perasaan tidak lagi menggunakan rasanya itu. Rasa itu sudah tumpul, sukar
membedakan mana yang hitam dan mana yang putih. Putih dan hitam jadi abu-abu.
Empat
Sudahkah kita mendapatkan esensi dari puasa itu? Tiga puluh hari berjuang, nilai apa yang kita cari dan dapatkan? Kalau kebaikan, yang macam mana. Kalau tak ada, maka tujuan puasa kita selama ini ada yang kurang. (***)
Pandeglang, 1 April 2025 22.14
0 Komentar
Menyapa Penulis