Kenapa Kok Tulisannya di-banned?

dokpri.


Lagi, tulisan saya kena banned!

Ini terdengar lucu, ketika kebebasan berbicara dan bersuara kalah oleh, yang katanya menyinggung. Saya katakan lagi, karena bukan pertama kalinya. Dan tidak hanya di media atas, di media lain pun sering.

Artinya apa? 

Mungkin suara yang bagus adalah, jangan terlalu keras bicara. Jangan terlalu pedas meluruskan. Atau apatis saja dengan urusan politik, jadi ayem saja. 

Ini baik untuk masa sementara, namun bagaimana kalau berlanjut pada masa yang akan datang. Saat anak muda kita takut bicara karena takut dibungkam. Lebih baik diam daripada bersuara, itu lebih aman.

Hal begini tak jauh seperti yang dialami adik saya, saat mengikuti diskusi antara jurusan di kampus negeri. Eh, ada pesan dari kating-nya (kakak kelas), katanya, "Nanti, gak boleh ada yang kritik-kritik. Intinya, mengangguk-angguk saja!"

Adik saya yang aktif di organisasi kepelajaran, tentu dibuat heran. Perasaan di organisasi, suara kritis itu bagus. Justeru suara itu yang diharapkan dan kerap dilatih. Nah, kenapa di tataran kampus negeri kok begitu?

Kebodohan mana lagi yang dipelihara?

Seharusnya upaya mencerdaskan bangsa adalah ketika suara itu tidak dibelit oleh aturan yang macam-macam. Kritis jangan disamakan dengan penghinaan pun pencemaran nama baik.

Kritis adalah upaya meluruskan, yang arahnya pada kepentingan publik. Arahnya bukan lagi kepentingan pribadi. Di sini perlu dibedakan lagi dipahami.

Tapi terserahlah, tugas mengurus negara kan itu tugas mereka yang dapat gaji dan tunjangan dari negara. Gak usah repot mau meluruskan apa yang tidak lurus, kalau belum punya uang dan kuasa. Ya, kata para penakut begitu. Lah saya, entahlah. Hihi. (**)

Pandeglang, 20 Mei 2025  23.11

Posting Komentar

0 Komentar