Sekilas Catatan di Acara Perpisahan SDN Setrajaya


Siswa kelas 5 dan Pak Roden, Wali kelasnya. (Sumber: grup WA sekolah)

Tadi pagi, aku hadir di acara kenaikan dan perpisahan kelas 5-6 SDN Setrajaya. Meskipun yang hadir hanya kelas 5-6 berikut walinya, namun cukup ramai dan menyedot antusiasme. 

Saya yakin pembaca tahu, kenapa sekolah banyak merayakan kelulusan tahun ini kurang meriah seperti yang lalu. Tak lain ada himbauan dari pemerintah, entah pula aturan, di mana sekolah agar tidak mengadakan study tour juga perayaan kelulusan yang terlalu ramai. Sebabnya, banyak orangtua siswa yang mengeluh.

Ayat dan Kiya. (dokpri)

Aturan ini mulai diterapkan di Jabar. KDM dibuat resah karena banyak orangtua yang galau dan curhat padanya atas acara perpisahan di sekolah. Hal itu bisa dilihat saat beliau mediasi dengan perwakilan siswa dan orangtuanya, yang kemudian viral.

Ternyata, kebijakan itu pada akhirnya ditiru kepala daerah lain, dalam hal ini Banten. Kenapa kebijakan KDM banyak ditiru, ini cukup menarik digali. Apa karena KDM orang Gerindra, lantas sesama kepala daerah yang kebetulan kader Gerindra pun mengikutinya. Entahlah, semua bisa mungkin, apalagi kita tahu sebagian kita latah dengan apa yang tenar. 

Kembali ke cerita di atas.

Tidak terlalu banyak yang saya catat di sana. Namun saya tertarik dengan semangat anak-anak. Tentu saja ini berkat kesabaran dan keuletan dewan guru yang melatih mereka. Tidak kenal lelah, merasa perlu untuk mengembangkan potensi anak-anak.

Kelompok tarian sebelum show. (dokpri)

Saya menyaksikan itu.

Pantauan dari belakang. (dokpri)

Senyum anak-anak yang ceria. Tangis anak-anak saat bersimpuh di depan orangtuanya diiringi lagu yang menyentuh sukma. Tatapan kebanggaan orangtuanya. Semua berbalut kasih dan kisah yang melekat di benak mereka. Upaya yang jerih penuh peluh, semoga berkah.

Aku ingat, di sini dulu aku belajar. Mengeja kata dan terbata membaca kalimat. Menulis abjad agar jadi kata. Seterusnya begitu. Hanya Pak Roden di antara guruku yang masih mengajar, sedangkan yang lain sudah pada pensiun pun pupus. Berkah umurnya Pak, lancar rejekinya. Begitu pula guru yang lainnya, tak mengurangi rsa hormat: nafa'anallahu bi'ulu mihim!

Selamat pula buat siswa berprestasi yang dapat peringkat 1-3, baik kelas 5-6. Tetap semangat belajar dan tingkatkan keterampilan kalian. Peringkat itu bukan ajang berleha-leha, sepantasnya jadi pelecut untuk lebih semangat lagi berprestasi dalam lingkup yang lebih luas.

Ini Siapa beda sendiri? Hem, ikutan eksis. (dokpri)

Lantas untuk yang belum dapat peringkat unggulan, jangan putus harapan. Percayalah, semua bisa diubah dan diperbaiki selama kalian mau meng-update potensi diri. Kalian boleh iri, tapi pastikan iri kalian dalam hal positif. Semangat belajarnya.

Sebab, dalam agama, ada tiga iri yang diperbolehkan (1) Irinya kita pada orang kaya yang dermawan. Kita iri bagaimana agar macam mereka (2) Irinya kita pada penghafal al-Qur'an yang menghabiskan malamnya dengan qiyamul lail. Kita ingin begitu, al-qur'an tidak hanya dibaca pun dilagukan, namun dihayati isinya agar jadi pedoman (3) Irinya dalam keilmuwan. Saat orang lain pintar, kenapa kita gak pintar. Sedang kita tahu, semua terlahir polos lahir di dunia ini. 

 Di sinilah perlunya kita berbenah, memperbaiki diri dan kualitas diri. Acara tadi jadi sebab kita merenung, ada yang harus pergi dan datang. Ada yang harus terpisah dan dipisahkan. Semua ada masanya. Ada waktunya. Oleh karenanya, pikirkan, bekal apa dan mana yang sudah kita lakukan.

Sebaik-baiknya orang itu, mereka yang bisa belajar dari hari kemarin. Menerapkannya sekarang untuk masa yang lebih gemilang di hari depan. Semoga kita diberi taufid dan hidayah agar senantiasa jadi manusia yang baik. Baik hatinya dan baik amalnya. Amien. (***)  

Pandeglang, 22 Juni 2025   22.15

Posting Komentar

0 Komentar