![]() |
Sumber: Sonora.id |
Apa kamu sedang berpikir seperti yang aku pikirkan? Ya memikirkan, sejatinya
kita di dunia akan berapa lama lagi. Sebuah kepastian akan menjemput kita. Kita
merasa di-intai, ke mana saja dan kapan saja. Di buru oleh pemutus kenikmatan
duniawi!
Bagaimana jadinya, kalau kita sedang asyik dan menertawakan keindahan alam
pun asesoris duniawi, lantas dijemput tamu tak diundang? Sejenak kita lupa, ternyata kapan saja kita akan lenyap
di dunia ini.
Kita yang merasa spesial, nanti tidak ada harga dunia. Kita yang merasa
penting, nanti akan jadi bangkai tak bernilai. Kita yang merasa sibuk nanti
akan tertutup kesibukan itu. Kita yang terkenal di mana-mana, nanti akan jadi
cerita.
Kita yang suka keramian, nanti dipaksa sendirian. Kita yang takut kegelapan, nanti akan berada di tempat gelap tanpa ada sambungan sinar dari PLN. Kita akan terputus, terlupa dan bakal jadi cerita. Nama tinggal nama, kemuliaan tinggal jadi buah bibir dan keburukan akan jadi cemoohan mereka yang tidak suka dengan kita.
Pernahkah kamu berpikir, lantas tersedu-sedu menahan sesak berujar,
“Allah, betapa banyak dosa bergelimpangan di hidup hamba, hamba bertaubat. Engkau terima taubat itu. Besoknya, si bodoh ini mengulangi laku dosa-dosa lagi. Duh, celaka hamba!”
Apa sih arti kamu di dunia ini?
Kamu bukan penemu sesuatu yang dipuji seantero dunia? Bukan ilmuan, bukan
agamawan, bukan orang punya jabatan, bukan orang yang dikenal dan terkenal di
mana-mana. Bukan apa, di antara milyaran titik di alam raya.
Kenapa, kamu tetap merasa diri yang lebih baik dari yang lain? Hanya karena
mereka berbuat kesalahan, kamu caci mereka. Hanya mereka tak sebaik kamu,
lantas kamu ejek mereka sebagai orang tak normal. Hanya karena kamu “merasa
lebih” dari mereka, rasanya tak pantas mereka menerima sapaan juga kata manis
dari lisanmu. Ya. Merela tak lebih seperti hewan kotor di matamu.
Kalau begitu, kamu meletakan kesalahan pada orang lain. Saat kamu
menderita, kamu menyalahkan orang kenapa tak peka dengan kamu. Saat kamu sedih,
merasa sendiri lantas menyalahkan orang, kenapa tak peka dengan kesedihanmu?
Kalau orang selalu salah dan tak baik di matamu, seberapa baik kamu di
hadapan mereka? Seberapa baik di mata manusia yang mengenalmu? Dan nanti akan
sampai di ujungnya, ‘seberapa baik kamu di sisi-Nya Gusti Allah?’
Pernahkah kamu memikirkan itu? Mungkin saja tengah merenungkan ini. Seperti apa yang aku pikirkan di atas itu. Kita akan terlupa dan dilupakan. Saatnya nanti, kita tak akan bisa kembali dan menjeda semuanya. Kalau harus terjadi, kun! (***)
Pandrglang, 06 Mei 2025 23.00
0 Komentar
Menyapa Penulis