Proses Membaca Saya Apa?

Membaca itu proses menemukan. (Sumber: Gramedia)


Saya sering merasa menyesal, kenapa saya ini pemalas. 

Bagaimana tidak, saya ingin pintar. Saya ingin tahu banyak hal tapi malas baca. Saya malas menelaah, kalau pun membaca. Lebih banyak tidak tahu apa yang dibaca daripada tahunya.

Membaca, sekali pun membaca ya sekedar itu. Sering iri pada mereka yang rajin baca tapi daya tangkapnya luar biasa. Salut sekaligus bersyukur, ada loh yang begitu. Tahu data, tahu halaman dan bisa menjelaskan cukup rinci pula.

Di sini saya bertanya ke diri, "Apa yang kamu tahu dari apa yang kamu baca? Apa yang dipahami sejauh buku-buku yang sudah dijelajahi?"

Maka saya cari jawaban tepatnya,

pertama, saya memang tidak pintar. Cuma merasa pintar. Karena merasa ini sering banyak tahu hal. Hal apa saja yang merasa tahu. Kalau ditanya kenapa, karena efek apa yang digali, dibaca, dicerna dan dipahami.

kedua, saya merasa tidak tahu apa-apa. Membaca itu memang aneh? Sehabis baca satu buku, pindah ke lain buku. Terus begitu. Belajar satu teori pindah ke teori lain. Baca gagasan satu pindah ke gagasan lain. 

Kadang saklek dengan satu gagasan, dan ternyata dianggap benar. Matang tuh pikiran. Eh, di saat sudah yakin dan percaya, ternyata gagasan itu harus dipudarkan. Kenapa? Ada teori baru yang lebih mutakhir, secara akademis dalil dulu itu kurang kuat. Harus dipilih, mana yang kuat di antara keduanya.

ketiga, proses berpikir itu ternyata butuh waktu. Maksudnya, saat kamu merasa di tahap yang mungkin kurang menggembirakan. Jangan dulu menyerah lantas menyimpulkan bakal gagal. Tunggu dulu.

Nikmati prosesnya. Jalani seperti apa adanya. Sekarang mungkin belum paham, mungkin nanti bakal ada yang bakal kamu petik. Apa itu? Apa saja yang penting buahnya baik dan hasilnya menggembirakan.

Dilihatnya tak harus sekarang, mungkin nanti. Intinya, jalani dulu baru nanti nikmati.[]

Pandeglang, 17 Juni 2025  23.30

Posting Komentar

0 Komentar