Di depan kediaman KH. Zainal Lebak. (dokpri) |
Bulan Mulud sebentar lagi menyapa kita. Bulan di mana permata bumi itu lahir dan membawa misi agung dari Pemilik semesta alam untuk menghiasi maya pada dengan keindahan kasih dan akhlak putih.
Bulan di mana-mana kita mentradisikan peringatan untuk menggali sejarah dan semangat juang al-habibi al-musthofa Muhammad saw. Semoga kita diberi kemudahan untuk senantiasa mencintai juga mengikuti sepakterjang juang untuk li'la likalimatilah sampai di mana nafas kita diujung harap.
Sebagai orang yang kebetulan ditunjuk sebagai PHBI di kampung, kami tengah mempersiapkan tahap berikutnya. Setelah minggu kemarin silaturahmi ke kediaman allahu yarham KH. Zainal Arifin di Lebak sana.
"Kiai di Banten mah, insya allah gak ada yang memakai tarif," begitu petikan kalimat beliau mengomentari fenomena sebagian pendakwah yang meminta tarif tertentu.
Beliau punya pengalaman, pernah menasehati bahkan memarahi seorang mubalig kondang di daerah sebelah yang sering mengisi ceramah di wilayah Banten. Kalau kiai masih fokus pada apa yang diberi maka perlu mengaji tauhid lagi.
Rejeki itu Allah yang diberi. Kita hanya ikhtiar. Tugas kiai itu menyampaikan ilmu dan nasihat yang sudah diberi contoh oleh para sesepuh kita. Ada pun "upah panitia" biarlah itu kemampuan panitia acara.
Kita harus belajar ikhlas agar jama'ah yang hadir mendapat berkah atas apa yang disampaikan. Untuk apa kita berkoar ikhlas pada jam'ah, sedangkan kita kiai-nya sendiri tak mau dan mengamalkan kata ikhlas itu.
Kurang lebih dua jam kami berbincang bersama belaiu. Selain disuguhi kopi, cemilan, kami pun diajak untuk melihat aktivitas sampingan beliau dalam mengelola peternakan domba di dekat pondokan santri-nya.
Tentu di sini aku tidak akan menyertakan kisah itu. Mungkin di lain kesempatan, insya allah. Fase pertama menuju hari H sudah berjalan, tinggal fase selanjutnya. Doakan agar acara kami berjalan lancar dan berkah ya. Wallahu'alam. (***)
Pandeglang, 23 Agustus 2025 00.28
0 Komentar
Menyapa Penulis