Mengobati Luka Lama

Ilustrasu Luka hati. (Sumber: Hansaplast)


 Cukup sudah atas cerita itu. Aku ingin bangkit. Menutupi semua luka lama itu. Kamu sudah jadi masa lalu, biarlah usang bersama semua kenangan. Aku ingin sembuh, bangun dari kisah lama penuh luka.

"Aku masih punya rasa itu," satu pekan kamu ulang kata itu.

"Terus..."

"Aku ingin kamu seperti dulu lagi."

Seperti dulu lagi? 

Tidak, aku sudah punya dia yang lebih sempurna darimu. Dia yang berusaha ada menemani dan memahami. Dia yang jadi apa yang ku mau. 

Lagian kamu punya dia juga, kan. Untuk apa bermain api demi masa yang sudah berlalu. Biarlah kamu menatap masa yang tidak lagi putus asa.

Tapi dia tak lagi baik, katamu. Sudahlah, dulu kamu juga bilang begitu ke aku, sekarang berkata sama. Baik bagimu seperti apa? Saat manis kamu temani, masa tak lagi penuh rasa kamu hindari.

Apa jangan selama ini kamu salah memahami apa itu baik? Kamu bilang baik, tidak untuk dirimu. Kamu bilang baik untuk orang lain. Kamu caci ia, tapi tidak mengenai dirimu. Bagimu, kamu sudah baik maka tak harus diperbaiki.  

Aku terluka, katamu dengan mimik yang amat sedih. Dulu aku ikut terluka dan mungkin akan begitu sedih melihatnya. Tidak sekarang. Luka mu lebih untuk mencari simpati. Mencari jejak ceria dari orang.

Kamu tak akan peduli seperti apa dulu aku bangun dari pelik dan rasa yang menusuk kalbu. Aku beranjak dengan setengah percaya, sedikit demi sedikit.

Lantas menemukan dia. Aku pun dikuatkannya. Dia tak peduli seberapa rapuh aku. Tak pula menghakimi masa lalu ku. Justeru ia menemani aku jadi manusia yang baru, mau berdamai dengan masa yang penuh durja.

Tiba-tiba kamu datang dengan cerita lama, dan ingin mengulangnya. Maaf, aku tidak mau. Dia lebih hangat darimu. (**)

Pandeglang, 19 Agustus 2025   02.00

Posting Komentar

0 Komentar