suasana bubarnya jama'ah maulid. (dokpri) |
Jumlah itu tentu saja harus dibagi ke berbagai pos yang sudah direncanakan panitia. Baik untuk penceramah, qori dan tektek bengek demi lancarnya acara. Besek dari warga pun panitia sendiri terkumpul lebih dari 3.000 ditambah ember+hancengan kurang lebih 1.000 buah. Total ada 4.000 berkat-nya. Jumlah itu akhirnya disebar pada jam’ah. Memang ada beberapa yang tak terbagi atau mendapatkan jatah.
Ada laporan dari panitia di lapangan, ada jama’ah tidak kebagian jumlahnya pun cukup banyak. Dari evaluasi sebagian panitia itu dimaklumi karena serbuan jamaah yang lumayan bak lautan manusia, juga kebijakan baru kurang tersosaliasi kepada panitia lapangan.
Rencana ketua menjelang satu hari sebelum acara, harusnya hari sabtu gagal terealisasi dengan baik. Akhirnya, apa yang kami takutkan dan prediksi pun terjadi. Di sini tentu saja tidak mencari siapa yang salah dan perlu disalahkan.
Kita perlu belajar dari kekurangan itu untuk diperbaiki dan disempurnakan nantinya. Sebagai orang yang menemani ketua tentu saja aku paham dan melihat titik masalahnya di mana dan seperti apa rintangan yang dihadapi. Kami pun mendengar suara yang kurang enak di hati.
Tapi itu bukan masalah besar. Sedari awal kami punya tekad ingin belajar. Namanya belajar kalau salah, wajar; kalau pun bagus maka itu sebuah anugerah. Soal dokumentasi acara yang nantinya akan dibuat mading di tembok masjid pun gagal terealiasasi. Si Pras sampai terang-terangan bilang, apa sih bangganya acara meriah kalau tak ada dokumentasi pas acara?
Tanpa dia tahu sebenarnya sudah kami rencankan, tapi karena ada hal di luar rencana luput dari perhatian. Belum lagi, dia ke mana kok tak jua aku temui untuk jadi tim doumentasi. “Padahal mah di urang loba, kuanon nyokot di luar,” katanya begitu.
Aku jelaskan, di malam sabtu sebelum hari H rencananya akan dibentuk beberapa seksi untuk koordinator acara. Baik koordinator acara, dokumentasi, keamanan sampai kordinator pembagian acara. Artinya, kami sudah diskusi cukup intens soal ini dan siapa saja nama yang bakal kami tunjuk. Itu sudah matang.
Niat kami untuk meminimalisir konflik juga saling tunjuk tugas. Karena maulid ini acara semua, artinya semua harus bekerja dan bergotong royong. Yang terlihat justeru hanya kordinator dekorasi dan acara terlihat aktif, meski pun hanya kordinator acara, pembagian amplop, penunggu besek yang secara terbuka kami meminta bantuannya selain itu alamiah saja bergerak.
Ya sudahlah, tidak ada yang
sempurna. Ini momen aku untuk belajar dan merenung soal amanah. Semoga panitia
pelaksana baru nanti bisa lebih baik, lebih amanah dan sukses lagi menampung
aspirasi warga agar lebih baik lagi. Acaranya lebih meriah dan berkesan untuk
penikamatan iman pastinya. Wallahu’alam. (***)
Pandeglang, 22 September 2025 22.49
2 Komentar
Mntap boskuh lnjutkan
BalasHapussendiko dawuh
HapusMenyapa Penulis