Karena Kita Bukan Siapa-Siapa

Semua yang kita miliki sejatinya amanah. Itu Allah titipkan untuk di dayagunakan. Bukan untuk di salah gunakan. Meski dalam kenyataan, banyak dari kita yang lalai akan apa yang Allah beri.

Sering gelap mata. Seolah apa yang dia milki ialah harta hasil usahanya. Tak mau peka dengan ruang sskitarnya. Wajar dan pas kalau Allah teus beri kita teguran. Bahkan sampai pada fase peringtan keras. Sayangnya, kita terus terlupa akan apa yang di miliki.

Harta yang ada hanya jadi bahan pansos. Jadi barang pamer. Tak peduli ada nata yang tersakiti. Takabur dan sombong jadi laku harian. Lupa, bahwa semua hanya titipan!

Pesona dengan paras yang aduhai pin sering jadi fitnah di sekitar kita. Bangga yang tak kenal batas. Terkadang menerjang aturan sosial sampai mengacuhkan nilai agama.
Pesona yang titipkan Allah dikotori oleh gejolak syahwat.

Tak hanya itu, jabatan, keluraga besar, ilmu, dan nasib baik sering membuat orang lupa pada apa yang dulu di alami. Lupa siapa dulunya ia. Lupa apa yang dia miliki peluang untuk memperbanyak amal juga kebaikan diri.

Kalau kita ibaratkan, kita dengan apa yang harta dimilki seperti tukang parkir yang dititipi konsumen. Sebanyak dan sebagus apa dia milki, ia merasa dititipi. Tidak marah saat di ambil dan biasa saat masih ada.

Seharusnya kita pun demikian. Apa yang Allah beri itu titipan. Apa yang dimiliki mampu mengantarkan pada cukang kebahagiaan.

Mudah sekali bagi Allah mencabut apa yanh kita miliki. Tingga kita merespi

Posting Komentar

0 Komentar