Menelaah Pledoi Aziz Syamsudin di Pengadilan

Foto Penangkapan Aziz Syamsudin oleh KPK (Kompas.com)

Saya sungguh tersentuh dengan perjalanan hidup sosok Aziz Syamsudin seorang Wakil Ketua DPR, elit Partai Gollkar yang dicokok KPK dengan kasus suap.

Pledoi itu disampaikan di pengadilan untuk menyampaikan nota pembelaan atas kasus yang membelitnya.

Dia menuturkan di sana, bagaimana masa study-nya yang berat di Australia menghadapi kenyataan perih.

Di malam buta saat orang asyik mendengkur, dia bekerja mencuci mobil, paginya menyebarkan koran, dan siangnya mungkin study di Universitas sana.

Ujian itu makin berat dengan hadirnya janin di rahim istrinya, buah cintanya. Menambahkan beban kian berat. Tetapi dia tidak menyrah, melaju menantang badai yang menyapa.

Baca Juga : Menyorot Sikap Guru: Meminta Kado dan Kualitas Pendidikan Kita 

Sampai study rampung di negeri kangguru di sana, lantas melanjutkan ke Universitas Padjajaran hingga duduk ke kursi dewan itu proses panjang lagi berat pula.

Ada tangis, perjuangan juga pengorbanan tidak mudah. Kalau saja ini novel, mumgkin cerita buat syahdu lagi menarik serta menarik masa.

Sayangnya, ini kenyataan dan yang cerita tengah terjerat dosa sosial yang melekat. Akan berbeda saat bebas, tapi ini wajah: Pejabat, praktisi hukum, wakil rakyat, dan sering nongol pula di layar kaca; tentu saja jadi blunder.

Apapun maksud cerita itu, tetap saja seperti terasa "hambar" dengan potret realitas sosial kita yang menjemukkan.

Suap dan korupsi telah menjadi racun mematikan di tengah arus digitalisasi dan kemajuan dunia.

Rakyat sudah amat muak dengan kenyataan itu, terlebih yang bersangkutan sering berbicara di layar kaca, betapa vokal menyuarakan pemberantasan korupsi nan menggurita.

Lagi-lagi, akan punya cerita dan kesan berbeda kalau pemaparan itu belum terjerat kasus hukum. Kalau terjerat, seumpama mencuci baju sendiri agar bersih dengan air kencing. Tentu saja sia-sia.

Peristiwa ini, patutnya menjadi perhatian semua, terutama para wakil dan abdi negara agar tidak mudah tergoda perilaku yang merusak nama baik. Mencoreng amanah yang diemban.

Kalau sudah begini, mau gimana coba? Nasi sudah jadi bubur. Enaknya gimana? Atuh dimakan, dong. Masa dibuang, ya mubazir.

Artinya, Bang Aziz harus terima dan nikmati atas ulahnya. Kalau benar tak bermasalah, ya nanti juga akan terbuka, sudah begitu saja.

Kita lihat saja nanti. Intinya, dukung dan doakan KPK agar tidak kemasukan tikus agar tetap galak lagi berani meringkus perusak lumbung negara.


Semangat pejuang bangsa! []

Pasar Pandegang | 1 Februari 2022

Posting Komentar

0 Komentar