Saat Doyan Nulis Wajah Politik


 

Kalau orang baik meninggakan politik, karena lahanya politik sempit, yang ada akan diisi mereka yang menyalahgunaka wewenang. (Prabowo Subianto)

 

Saya selalu ingat ujaran ini, disampaian handataulan. Tentu ditambah dengan bumbu agar lebih gurih.

"Ngapa sih kak, rajin banget nulis opini terkait politk?"
 
"Iseng aja, kayaknya plong kalau udah dituangkan?"

"Capek-capek banget. Biasanya tuh, yang nulis gituan tuh orang yang udah pensiun atau aktivis mapan, lah ini?!" katanya pedas. Lanjutnya pula, "kerja gak jelas, karya apalagi. Apa tidak sia-sia."

Jleb!

Tepat di ulu banget. Rasanya, gimana gitu. Kenyataannya memang benar.
Dipikir-pikir, ya juga. Apa gunanya kritik dan terus mengkritisi kalau tak punya nilai jua.

Mau nyaring panggung?!

Yang ada bukan beruntung, malah buntung oleh mimpi. Sedang ia yang harusnya rugi dapat dukungan karena di bully. 

Baca Juga : Gara-gara Hape

Di lain tempat, kita menemukan kenyataan: banyak yang salah sangka dengan kualitas politisi. Ruang politik banyak ditengarai oleh oknum, maka saya terpaggil untuk bicara.

Benarah langkah saya sia-sia?

Ngomongin sia-sia, kita tidak akan tahu terkecuali harus melihat kenyatannya gimana, tidak serta merta menuduh tanpa bukti nyata. Saya pikir, tiap orang punya passion masing-masing.

Di sinilah perlunya penggalian makna akan kesukaan or/ang dalam apa. Bisa jadi dari apa  yang tak kita suka tersimpan apa hal besar.

Bukankah hal besar sering dimulai dari hal kecil, sepele juga sederhana?

Poin pentingnya, kita perlu langkah. Itu saja. kalau tak mau, terserah jua.

Daam minus pun tiap orang punya perbedaan motivasi dan bidang apa yang digeluti. Tanpa masalah sebenarnya, selama itu biasa dikelola dengan apik. Manakala tak mampu dikelola, ini yang jadi masalah.

Saya pikir, perlu kiranya kita tidak menyerah pada kenyataan pahit tetapipda orang pun kita tidak usah usil. Gimana menurutmu, semua mudahkan? [']

Desa Setra jaya | 1 Feruari 2022

Posting Komentar

0 Komentar