Tugas Perdana jadi Imam

 

ilustrasi imam muda. (sumber. tribunews)



Malam tadi tugas perdana menjadi Imam tarawih, cukup deg-degan. Cukup menegangkan. Cukup cemas dan cukup menantang. Karena itu, aku tidak ingin menyerah. Lebih baik mencoba daripada tidak sama sekali.

Namanya awal ya, ada bebarapa hal perlu dikoreksi. Misalnya pas memimpin doa kok belepotan. Bibir terasa lengket begitu. Satu lagi, sempat lupa ayat. Apa yang ditakutkan akhirnya tidak terjadi.

Di hari awal puasa terpikir saja, ini gimana nanti. Lagian aku kok dapat jatah tugas. Gimana ya, mau protes ke siapa. Lagian pas Abah Iming bilang, ‘pokoknya nanti tarawih kamu harus jadi imam,’ serta merta aku menolak. Tidaklah nanti saja, biar yang lain yang lebih pas. Lebih pas sebagai bilal-nya.

Abah tetap ngotot dan tak mau tahu, pokoknya harus. Ya sudah, aku tak kuasa menolak. Cuma berpesan, kalau ada yang layak jangan ragu coret aku dari daftar.  Satu lagi, kalau memang diberi tugas tempatkan di akhir saja. Aslinya kamuflase moga ga jadi. Hihi.

Etdah, pas jadwal  terpasang di Masjid masuk juga aku menjadi kandidat, ya bilal ya imam. Kalau sudah begitu maka mau tak mau harus mau. Mau menolak percuma, percuma menolak pun. Pun terima saja, hitung-hitung menguji mental.

Dan ternyata, tidak terlalu memuaskan. Tak apalah namanya awal ya, kalau tidak sempurna tinggal belajar lagi. Kalau sempurna kayaknya engga lah, namanya baru mencoba. Semoga di hari kedua engga. (***)

Posting Komentar

0 Komentar