![]() |
Malu itu baik selama pada tempatnya/KBM App. |
Apa kamu termasuk pemalu?
Karena kamu berbeda, bukan berarti salah. Bukan berarti pula tidak berguna. Pemalu itu baik selama di tempatkan sesuai keadannya. Tiada guna itu saat kamu tidak melakukan apa-apa dan tidak mau melakukan apa-apa. Melakukan hal baik sekalipun kecil, lebih baik dari pada tidak sama sekali.
Banyak orang yang resah, galau dan merasa tidak berarti karena tiada guna. Misalnya, karena ia pemalu. Pemalu itu tidak selalu salah, tidak selalu kalah, dan bukan aib. Meski pun tidak setiap pemalu itu baik.
Kalau kamu ingin melakukan kebaikan dan menyebarkannya masih malu, itu tidak baik. Begitu pula saat kamu ingin melakukan ketaatan lantas malu takut kelihatan orang, maka itu pula tidak baik. Lah, wong kamu itu orang juga.
Mungkin temanmu ada yang super aktif, super berani dan ia pandai membuat orang tersenyum. Kamu iri dengan ia, ia apa bisa iri denganmu? Bisa saja, selama kamu bisa mengelola potensi dirimu.
Masalahnya, kamu selalu tidak percaya diri. Tidak yakin akan potensi dirimu. Dirimu itu punya potensi yang belum kamu sadari. Orang bisa sukses, kenapa kamu tidak, padahal kamu juga orang, kan?
Pikirkan dan cari kenapa kamu pemalu. Apakah itu karena gen dari leluhurmu? Apa itu karena kamu saja gagal menggali karakter jiwamu? Apa kamu terkena kelainan mental saja yang tak mau cari obatnya?
Atau jangan-jangan, kamu baik-baik saja. Pemalu itu baik untuk kamu, hanya kamu belum memahami, kenapa kamu pemalu dan apa yang bisa dilakukan seorang pemalu.
Di sini lah penting memahami karakter diri. Kita lebih suka menilai orang lain. Lebih membanggakan orang lain. Lebih tahu kelebihan orang. Tapi kita lalai untuk menggali keistimewaan kita apa. Keunggulan kita apa-apa.
Alih-alih begitu, kita lebih suka mengutuk kekurangan diri. Kita lebih senang menggerutu, "Kenapa aku begini, kenapa aku lahir tak sama dengan orang lain. Kenapa Tuhan tak adil. Kenapa orang mudah sekali sukses, lah aku begini," dan seterusnya membatin.
Sebelum terlambat dan memang belum terlambat. Pahami dua hal ini (1) Kamu punya kekurangan, kamu juga kelebihan. (2) Kamu bisa gagal dan kamu bisa berhasil.
Artinya, kalau sekarang kamu merasa gagal, esok masih ada harapan untuk diperbaiki. Maka, kemungkinan untuk berhasil masih sangat luas. Jangan terlalu hanyut di pikiran dangkal, seolah di dunia ini kamu yang paling menderita. Siapa kamu sih di antara 7 miliar penduduk bumi?
Kamu merasa malu, rendah diri, dan tak berguna. Tidak apa, semua bisa diperbaiki. Perbaiki pikiran itu agar tak menjadi mental buruk untuk nasib hidupmu.
Kalau kata guru akidah saya, takdir manusia itu ada takdir mubram (tak bisa diubah) dan ada takdir mu'alaq (takdir bisa diusahakan). Misalnya, kalau kamu ingin dapat ranking 1 di sekolah atau mungkin anaknya berharap unggul di kelasnya.
Syaratnya itu, tak boleh halu dan malas berlatih. Halu itu maksudnya, banyak berkhayal tapi malas belajar. Untuk unggul kamu harus mau berproses. Di sinilah perlunya giat berlatih selain juga belajar. Gunakan panca indra yang Allah berikan padamu.
Mata, gunakan untuk melihat yang baik, pakai membaca, baca ayat suci atau melihat keindahan di sekitar kita. Batasi nonton tiktok, IG, Fb dan sejenisnya tak punya manfaat pada jiwamu. Secukupnya saja.
Begitupula telinga, yang kadang asyik mendengarkan aib orang tapi lupa sama aib sendiri. Fokus ke aib sendiri, perbaiki diri. Gak usah sok tahu, toh tahu segala aib orang gak bakal membuatmu jadi bahagia.
Itu semua, takdir bisa diubah. Selama kita mau usaha dan Allah mudahkan jalannya. Ada gak proegatif Allah tapi ada ikut campur usaha manusia. Berbeda dengan takdir yang tak bisa diubah, semisal kita mau lahir dari orang tua mana, seperti apa keadaannya, itu mustahil.
Wong, kamu sudah ada di dunia, kok mikir pengen lahir kembali. Hiks, gak tahu malu. Begitu pula soal jodoh, mati dan rejeki semua ada di papasten Allah. Kita hanya ikhtiar, selebihnya tawakal.
Lagian kata Nabi malu itu bagian dari iman. Di sabda lain dikatakan setiap agama itu punya akhlak dan akhlak Islam itu rasa malu. Jelas sekali kan, malu itu baik selama arahnya baik.
Yang tidak baik itu, tidak punya rasa malu akhirnya berbuat memalukan. Atau banyak orang tidak peduli dengan rasa malu sehingga merusak lingkungan sedangkan kamu, acuh. Malu mengingatkan! Wallahu'alam. (***)
Pandeglang, 11 April 2025 00.04
0 Komentar
Menyapa Penulis