Saat Tidak Unggul

Kemarin, saya menghadiri acara muludan di kampung sebelah. Yang hadir lumayan ramai. Di akhir acara pembagian berkat (besek) menjadi budaya. Satu sama lain tidak sama.

Bagi para tokoh dan sesepuh diberi berkat yang berbeda. Kalau orang biasa diberi besek dengan plastik hitam kecil, maka untuk para tokoh diberikan baskom atau ember dibungkus plastik merah yang besar.

Selain mencolok juga vulgar terlihat. Sekilas saja kita tahu, mana yang orang biasa dan mana yang di sebut tokoh.

Saya menyaksikan ini merasa ada sesuatu yang bergetar di dada ini. Katanyanya sih, kebanyakan jamaah yang iri biasanya merasa tak peduli atau sok duduk khidmat biar kena lirik para panitia, 'noh, yang itu belum."

Meski kenyataannya tidak. Haha.
Kalau dipikir-pikir, kenapa harus iri pada siapa yang diberi berkat besar itu. Bukankah segala sesuatu ada tempatnnya dan maqamnya?

Kalau mereka diberi, ya wajar. Karena tokoh masyarakat. Ada yang tidak beri bisa saja alasannya karena dikhususkan. Pembetukan itu biasa.

Kalau tidak biasa bahkan menambah beban di hati.

Posting Komentar

0 Komentar