Selintas Lalu Sejarah Banten

 Buku Sejarah Banten

"Lain urang Banten mung te afal sejarahna. Minimal nyaho." 

Begitu kata seloka yang sesama Urang Banten kenal. Sebuah kalimat yang sejujurnya itu cambuk atau peringatan bahwa sejatinya mereka yang Urang Banten sepantasnya tahu sejarah daerahnya.

Tahu itu bukan sekedar katanya, artinya harus ada data digunakan dan bisa dipertanggungjawabkan.

Untuk itu, saya merasa terlecut oleh fakta di lapangan. Bagaimana tak sedikit orang Banten belum mengenal apa itu Banten dan proses menjadi Banten. 

Sebagai wujud rasa tersebut kembali saya membaca, menggali, dan mencari tahu sejarah panjang Banten dari masa pra-sejarah sampai kini.

Di buku SEJARAH BANTEN: Membangun Tradisi dan Peradaban, ada hal menarik saya dapatkan.

Pertama, banyak kawasan di Banten masuk ke situs sejarah. Situs Lebak Cibedug digolongkan sebagai bangunan megalitik pra-sejarah. 

Hal ini telah diteliti oleh pakar pr-sejarah Van der Hoop, R.P. Soejonk dan R. von Heine Gelfereen. Artinya, ada data kuat Banten telah punya peradaban di masa itu. Ada banyak benda juga sisa bangunan, mungkin karena terlalu lama sehingga lapuk oleh alam.

Kedua, di masa Islam tengah membudaya dan masuk ke segala pelosok negeri, Banten tercatat punya Kesultanan. 

Di masa itu, kesultanan Banten kaya dengan jalur dagang pelabuhannya juga ditakuti oleh para negara asing. Banten dengan peradabannya mampu menghadirkan sejahtera di masanya.

Saat dipimpin Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682) mampu membawa Banten di puncak kejayaannya, selain bidang pertanian juga memperkuat angkatan perangnya sehingga bisa menggertak untuk masuk ke teritorial wilayahnya. Hubungan diplomatik meningkat sebagai wujud menambah relasi persahabatan.

Meski disayangkan setelahnya  Kesultanan Surosowan penuh dengan intrik juga konflik berdarah. Perang saudara mewarnai sepak terjang Banten hingga bisa dimonopoli penjajajah, dikuasainya pula.

Ketiga, sejarah perlawanan rakyat terhadap penjajah, telah lama dikobarkan. Wujud cinta negeri dan harga diri yang tak mau jadi jongos di negeri sendiri.

Perlawanan itu makin sengit di masa Sultan Agung Tirtayasa, setelahnya kemerdekaan Banten mulai berkurang. Tak lain karena dominasi penjajah yang diberi ruang Sultan Haji sampai mendamprat ayahnya sendiri, yakni Sultan Agung. Kemudian ia wafat di penjara Batavia ditahan oleh Belanda.

Perlawanan mulai membara di masa Kiai Tapa dan Ratu Bagus (disingkat Tubagus) Buang. Mereka paling berani menolak dominasi penjajah dan mengkritik keras kebijakan mereka yang menempatkan Sultan bukan dari jalur darah langsung Sultan Hasanuddin, pendiri Kesultanan Banten.

Perlawanan ini sampai membuat kewalahan para penjajah sampai garis kepemimpinan kembali diserahkan pada garis darah Pendiri Kesultanan.

Sebuah perjuangan yang tak mudah, nyawa menjadi taruhan. Gerakan sporadis dengan gaya gerilya memukul mundur juga cemas para pengeruk kekayaan bangsa tersebut.

***

Sebuah perjalanan panjang itu menjadi motivasi Para Tetua Banten untuk menggagas dibentuknya Banten sebagai Provinsi. Lepas dari cengkraman Provinisi Jawa Barat. 

Usaha itu dicetuskan di tahun 50-an, baru bisa diimplementasikan di tahun 2000. Tepat di 4 Oktober 2000 lahirlah Provinsi Banten. 

Dari cerita singkat ini, ada banyak hal kita pelajari betapa Banten punya banyak cerita juga sejarah panjang untuk kita gali.

Tak lain agar kita tidak terjebak oleh lubang masa lalu. Di mana kemerdekaan kita telah dicuri dan dikuasai drakula peradaban dan para konconya.

Kita tak ingin ada darah lagi membanjiri daerah tercinta, umumnya negeri tercinta demi kepentingan semu. Semua yang mengatasnamkan nafsu harus bisa diselesaikan agar tak ada insan tak berdosa jadi korban kebiadaban sementara orang yang belum paham sejarah kelam bangsanya. Berpikir parsial juga tertutup.

Di era global ini perlu kiranya meningkatkan kemampuan agar kita bisa memberi sumbangan juga kontribusi sesuai kemampuan kita. Membentengi dari racun peradaban, mengelola goda duniawi, dan membangun kreatifitas atas anugerah yang Allah berikan pada kita.

Nah, gimana menurut kamu, apa uraian di atas sudah bisa dipahami? Kalau tidak, mari kita diskusi lebih jauh agar lebih paham sejarah daerah kita, Banten. Wallahu 'alam.[ ]

Pandeglang  |  25 November 2021


Posting Komentar

0 Komentar