Siapa yang Sadar?

Gotong royong warga menggali kuburan (sumber pribadi)

Dua hari lalu, awan duka memayungi kampung kami. Ibu Erni (48) pulang ke rahmatullah di malam senin sekitar pukul 8 malam di tengah tangis keluarganya. Tiada yang bisa menghentikan takdir, saat menyapa begitu saja memutus semua harap keduniawian. Tangis histeris buah hatinya menambah gelap di jiwa-jiwa warga yang masih terjaga.

Padahal katanya tadi siang masih ikut undangan hajatan; padahal tadi menjelang isya masih menggoreng keripik pisang untuk anak gadisnya ke kota; padahal tadi mengeluh sakit kepala yang mungkin masuk angin. Ajal menjemput siapa yang mencegah?

Sekelas Namrud yang gagah perkasa dan punya kuasa harus bertekuk lutut karena kemasukan lalat ke tubuhnya sehingga terkapar tak berdaya. Atau mungkin sekuat Fir'aun yang punya ribuan balad tentara terlatih serta membanggakan kekuasaan tanpa batas. Tanpa batas itu pada akhirnya menenggelamkan dirinya di Laut Merah.

Sejarah mencatat para diktator seganas apapun saat diujung tanduk maka harapnya seperti orang kebanyakan orang, pulang dengan penuh kedamaian. Tidak hanya orang damai, siapapun pasti gentar menghadapi proses kematian. Itu nyata tapi penuh teka-teki. Siapa yang tahu rahasia itu, mereka yang bisa menyibak gemerlapnya dunia dengan kesadaran penuh.

Pertanyaannya, siapa yang punya kesadaran penuh itu?

Al-Qur'an menyebut mereka Ibadurrahman, hamba-hamba yang Maha Penyayang. Hamba Allah itu mereka yang malamnya habis bermunajat di sepertiga malam kala yang lain terlelap tidur. Hamba itu mereka yang mendoakan keselamatan pada orang-orang bodoh yang kerapkali mengejeknya.

Kematian itu nasihat kata Nabi. Lagi-lagi harus kita akui, untuk siapa yang terbuka jiwanya merenungkan peristiwa di sekitarnya. Bukan untuk siapa yang tidak mau merenungkan kejadian di sekitarnya? (**)

Pandeglang, 5 Juni 2023   17.38

Posting Komentar

0 Komentar