Di youtube-nya, Guru Gembul mempersoalkan soal karamah pada Sunan Kali Jaga. Baginya itu sebatas cerita yang hidup di tengah masyarakat. Kemudian menjadi budaya juga kepercayaan.
Beliau tidak anti dengan "kisah karamah" itu, baginya di Amerika pun cerita seperti itu ada. Di Jepang juga ada. Tetapi pasti penulisnya "tidak percaya" dengan hal ajaib yang terjadi. Apa yang ada hanya metode untuk memantik masyarakat agar melek sejarah bangsanya. Begitu pula kita terhadap karamah para Wali, itu hanya rekaan. Sayangnya, kita kurang tepat memahaminya.
Jujur saja, saya agak heran dengan kalimat "tidak percaya" dari beliau. Apa yang disampaikan beliau tidak seutuhnya benar, ada hal yang bagi saya kurang sreg di hati. Katanya, apa pun karamah para wali itu cukup diambil esensinya saja, lantas terkait percaya pada hal luar biasa di para wali itu.. nonsen!
Berbeda sekali sudut pandang kita dengan orang Amerika juga Jepang, bedanya, kalau kita mendasarkan Islam sebagai "konsep berpikir" tetapi negeri lain barangkali "mitologi yang diyakini" sebagai keyakinan. Saya curiga beliau bukan dari dunia santri atau sedikitnya kurang akrab dengan dunia santri selama ini.
Kepercayaan kita terhadap karamah tidak hanya karena sosok atau simbol seseorang, tetapi lebih pada ilmu dan akhlak. Kalau toh, ada yang menjadikan itu "barang dagangan", itu hanya oknum yang kurang memahamai agama secara benar dan sikap yang baik.
Sebab, banyak Ulama menjelaskan bahwa karamah adalah hal yang tidak boleh diunggulkan. Itu anugerah yang Allah berikan pada hamba-Nya yang taat secara mukhlis. Tidak main-main asal melakoni tirakat langsung hasil. Tidak semua Ulama ingin karamh dan bangga, ada memang tidak peduli.
Apakah kita sebagai insan bisa mendapat karamah?
Tentu saja, asal kita mencukupi syarat dan prosesnya. Bagi Allah mudah sekali memberikan kemuliaan pada hamba-Nya. Seperti kita wajib iman pada mujijat nabi Allah, adalah mungkin pula diberikan pada hamba-Nya. Selama cara beragama kita benar dan baik.
Cara mudah mengukur itu tidak hanya menggunakan akal, tapi iman. Hal gaib tidak selalu bisa dijelaskan secara ilmiah dan memang ilmu pengetahuan hanya sampai pada taraf material, akan tetapi kesulitan masuk ke hal yang imaterial. Itu kata Habib Ja'far.
Itu lah kenapa Ibnu Khaldun menjelaskan dalam kitab Muqaddimah-nya bahwa melihat sejarah harus sesuai masanya. Tidak selalu tepat membandingan dengan masa sekarang, karena ada hal pasti paradoks. Bisa karena waktu, latar, dan geografisnya.
Karamah Sunan Kali Jaga mungkin aneh di masa kini dengan segala perangakat modern, tetapi di masa itu mungkin "hal bisa" sebagai wujud cinta Allah kepada para pejuang yang ikhlas berdakwah. Ini yang kurang digali oleh Guru Gembul. Banyak sekali kitab menjelaskan hal ini, silakan baca kitab Ihya-nya Imam Al-Ghazali atau Imam Qurtubi di tadzkirah-nya
Oleh karena itu, karamah itu selalu ada. Hanya saja, mungkin kita tidak jeli atau luput dari perhatian itu. Kita memang harus melek dengan iptek, tetapi bukan berarti tidak boleh meyakini apa yang terjadi di masa lalu itu rekaan tanpa kebenaran. Demi alasan ilmiah belaka. Itu sih tanggapan saya, entah kamu? (***)
Pandeglang, 6 Agustus 2023 18.02
0 Komentar
Menyapa Penulis