Hari Kemarin Saya Tidak Menulis

Potret Maba--Mahasiswa baru di Kampus Untirta. (Sumber Pribadi)

Hari kemarin saya tidak menulis. Dari pagi sampai malam terjeda oleh aktivitas. Menjelang tidur sudah merangkai beberapa kalimat untuk diposting, nampaknya rasa kantuk menghipnotis ide yang berkeliaran. Buku-buku menguras semuanya, ide dan gagasan habis oleh kesibukan.

Di antara sesal dan rasa jengkel itu saya diam sambil melihat sekeling apa yang saya alami dan lihat. Tiga hari ini saya pulang pergi Serang-Pandeglang jadi "ojek sementara" adik saya. Adik saya kuliah tapi tidak bawa motor. Selain belum punya juga belum lancar. Kebetulan saya lancar dan punya motor Emak.

Di keramain kampus adik saya belajar itu, tidak usah di sebut ya namanya. Kampus Untirta bagian pendidikan non formal, tempatnya mengais ilmu empat tahun. Saya melihat Maba seumpama semut lagi mencari makan, mereka serempak menunggu "kating" untuk proses perkenalan juga pemantapan sikap kuliah di universitas elit itu.

Dari adik saya tahu, mahasiswa diterima sekitar 6.000 lebih dari 17.000 yang daftar. 1000 siswa masuk ke jurusan non formal dan tahun ini jurusan kebanjiran pengikut. Entah apa alasan dan sebabnya.

"Hampir yang menjawab alasan masuk ke non formal pada halu gitu," katanya.

Halu maksudnya jawabanya rata-rata. Ada yang terjebak, ada yang terpaksa, dan sedikit berangkat dari prinsip. Bagi adik saya itu masalah sekali. Bagaimana tidak masalah, sekelas mahasiswa tidak jelas dalam mengemukakan argumentasi.

Tetapi saya pun heran, per angkatan Untirta bisa melulusan sekitar 500 mahasiswa dengan latar belakang jurusan. Belum dari UIN, misalnya 500 mahasiswa pula. Singkatnya, ada 1000 lulusan per tahun. 

Heran saya, apa karya atau terobosan yang mereka berikan untuk Banten?

Wujud agen of change seharusnya lebih dari cukup memberi sumbangsih dan meringankan beban di pundak warga Banten. Entah itu di bidang melek literasi yang sering menjadi sorotan, atau kreatifitas mengelola sumber daya, atau gerakan penyadaran sehat berdaya. Nyatanya, kita belum melihat upaya apa yang hadirkan sebagai wujud amanah intelektual mereka.

1000 bukan jumlah sedikit untuk ikut membangun budaya Banten yang lebih baik. Kalau Bung Karno bisa menggetarkan dunia dengan 10 pemuda bahkan mencabut gunung, katanya, maka 1000 ini apa yang bakal digetarkan?

Ini baru dua kampus loh, nah, bagaimana kalau lulusan seluruh Banten? Barang kali ada sekitar 5000 agent of change di Banten. Masalahnya ialah, kenapa mereka mandul berkarya? Apa karena mereka malas atau karena pemerintah Banten kurang aktif merangkul mereka agar ikut aktif membangun Banten yang lebih baik?

Semua masih pertanyaan. Tulisan ini pun hanya hipotesis. Seperti yang saya katakan, kemarin saya tidak menulis. Hari ini saya ingin menulis. Untuk itu, saya ingin pula melihat karya tulisan dari 1000 sarjana itu? Hem, biar seimbang! (**)

Pandeglang, 19 Agustus 2023   17.19 

Posting Komentar

0 Komentar